Kalau biasa kita denger kata-kata "Say No to Drugs" sekarang aku bilang "Say No to FX Hadi". Artinya aku menyamakan FX Hadi dengan Drugs. Bukan karena dia bikin kita ketagihan, ih amit-amit banget... Tapi karena dia adalah oknum yang berbahaya. Makanya aku rela untuk memperingatkan semua orang, jangan sekali-kali menggunakan dia sebagai consultant atau pembicara di perusahaan Anda.
Seperti sudah kuceritakan pada posting sebelumnya tentang "Hal yang paling kubenci", aku kecewa berat karena FX Hadi yang kupikir adalah seorang pembicara kaliber, ternyata tidak memiliki mental pembelajar. Dia bahkan sangat tidak dewasa dalam menerima masukan-masukan untuk pengembangan dirinya.
Nah, proses si FX Hadi untuk bisa "diterima" menjadi pembicara di Annual Seminar di kantorku memang proses yang amat sangat panjang dan melelahkan untukku dan terutama untuknya.
Pertama, di sela-sela kesibukannya itu kita meminta waktunya untuk bisa kita jelaskan mengenai industri bancassurance dan kebutuhan training yang diperlukan oleh para top performer bancassurance. Hal itu menurutku sesuatu yang sangat biasa dilakukan oleh semua perusahaan yang ingin mengundang seorang consultant atau trainer dari luar. Apalagi perusahaanku adalah perusahaan yang sangat menjunjung tinggi pentingnya 'Compliance' di setiap proses bisnisnya, ya tentunya kita perlu melakukan assessment untuk memastikan bahwa consultant atau trainer yang kita gunakan ini memang layak untuk kita pakai. Tapi di mata FX Hadi, proses ini adalah proses yang tidak biasa dia lalui, biasanya saat sebuah perusahaan mengundang dia sebagai pembicara, ya terserah dia mau ngomong apaan sesuai dengan materi yang dia punya dan pengalaman yang pernah dia lalui. Nah, kasusnya sekarang, sudah dia susah-susah meluangkan waktu untuk diskusi, setelah itu dia mencoba membuatkan outline yang 'menurut dia' sudah sangat sesuai dengan hasil diskusi kami dan sudah paling the best dari dia, menurut kami outline yang dia buat itu masih sangat general, tidak sistematis, dan topiknya pun sangat beragam, tidak fokus, dan tidak jelas objectivenya. Kami berusaha memberikan feedback ke dia, tapi baru 1 kalimat kulontarkan: "Pak, kami merasa outline Bapak masih terlalu generic", eh dia langsung defense dengan nada suara yang sangat tidak enak. Dia bilang itu sudah yang paling the best dari dia, kalau disuruh memperbaiki lagi dia sudah tidak bisa, dan jangan mengharapkan sesuatu yang spesifik dengan industri anda kalau anda mengundang pembicara dari luar.
Aku sudah mulai tidak respect dengan dia, tapi karena aku tidak bisa menemukan pembicara lain yang memiliki kompetensi sales dan marketing yang kita butuhkan, dan juga bisa mengkomunikasikan ide-idenya dengan menarik, aku terpaksa meneruskan dengan orang bebal ini. Hanya saja pendapatku tentang FX Hadi sudah sangat berubah, memang dia punya bakat untuk jadi sales trainer, tapi dia tidak punya bakat untuk jadi consultant karena dia hanya mau menggunakan apa yang sudah dia miliki, tidak mau dikustomisasi sesuai perusahaan yang dia layani. Dan lagi, meskipun dia punya skill, knowledge, dan experience yang cukup tinggi - kalo istilahnya Tukul: 'flying watch'-nya sudah tinggi. Tapi kalau tidak disertai dengan attitude yang memadai, semuanya menjadi nol besar.
Proses kedua yang harus dia lalui yaitu mengenai Administrasi. Dalam hal administrasi ini FX Hadi juga terlibat, karena ternyata yang namanya FX Training itu bukan suatu lembaga, tapi jasa perorangan doang. Jadi di sana rasanya yang terlibat hanya FX Hadi, seorang tenaga marketing, dan seorang tenaga admin. Puluhan kali aku contact dengan orang marketingnya yang namanya Sandra Tamara (keren ya, namanya... - tapi sayang karakternya sudah terkontaminasi oleh karakter bosnya). Aku berhubungan dengan Sandra untuk arrange waktu ketemuan antara FX Hadi dengan bosku, untuk minta outline dari FX Hadi, untuk memberi masukan topik yang kita inginkan, dan terutama masalah administrasi. Setelah aku berjuang keras meyakinkan atasanku bahwa FX Hadi memiliki kompetensi yang kita perlukan, maka dia memutuskan "Ok, proceed with Hadi". Jadi kita mulai proses administrasinya.
- Dimulai dari dia memberikan pada kita "Confirmation Letter", lalu dia mulai mengejar-ngejar kita untuk menandatangani dan mengembalikan confirmation letter itu atau proses ini akan dibatalkan.
- Lalu setelah confirmation letter selesai, aku meminta dia untuk memberikan invoice sebagai bukti tagihan kepada kita. Ternyata dia tidak biasa menerbitkan invoice, jadi dia mengirimkan padaku kuitansi atau tanda terima pembayaran.
Pada due date pembayaran DP, ternyata orang Tax di perusahaanku tidak mau menerima Confirmation Letter atau kuitansi digunakan sebagai invoice. Jadi aku negosiasi sama orang tax bagaimana cara termudah untuk menyelesaikan permasalahan ini karena memang si FX Training itu tidak pernah menerbitkan invoice. Akhirnya setelah negosiasi sekian lama dia bilang "Bikin saja surat yang menyatakan bahwa Confirmation Letter itu akan digunakan sebagai invoice". Ok, deal dengan usulan itu aku sampaikan pada Sandra Tamara. Eh, ternyata 'like father like daughter' dia langsung offense dengan usulan itu as if she's already overwhelmed dengan segala proses yang dilalui di perusahaanku. Setelah complain dengan semua proses yang sudah dilalui, dia lalu bilang: "Kalau begini caranya biar saya tanyakan dulu ke Pak Hadi, rasanya beliau belum tentu mau melanjutkan lagi proses ini".
Thanks to my boss yang saat itu ber-empati padaku. Dia denger semua proses negosiasiku dengan orang Tax yang dilanjutkan perdebatanku dengan Sandra Tamara. Dia memberiku password teleponnya dan berkata padaku: "Kalau memang dia mau batalkan ya batalkan saja, kita pake Anowar saja" (alternatif pembicara ke-2). Omg, rasanya dia seperti mendukungku dan mengakui bahwa orang seperti FX Hadi ini tidak pantas untuk diperjuangkan, dan sangat tidak worth it untuk engage perusahaan kita ini dengan orang serperti FX Hadi.
Sesaat kemudian FX Hadi menelponku. Dia bilang: "Mbak Herlina, saya berterima kasih untuk kesempatan yang diberikan pada saya untuk menjadi pembicara di perusahaan Anda. Tapi setelah proses ini, saya merasa tidak cocok dan sebaiknya proses ini dibatalkan saja. Saya tidak menyalahkan Anda karena Anda sudah berusaha untuk menjadi moderator dan organizer yang baik. Tadinya saya pikir AIG adalah perusahaan besar, tapi ternyata perusahaan Anda adalah perusahaan KACANGAN." Duaarrr... duerrr... duoorrrrr..... gubrrraakkkkk!!! Bagai tersambar petir di siang bolong aku mendengar kalimat itu. Dia yang selalu bilang "Salam peduli pelanggan!", sekarang malah menyebutkan calon pelanggannya adalah perusahaan kacangan! Dia melanjutkan lagi, "Masa confirmation letter suru dijadikan invoice? Mana ada invoice yang ditandatangani kedua belah pihak?" Ya semua orang tau hal itu, dodoll! Aku cuma berusaha mempermudah, jadi dia tidak perlu menerbitkan invoice, cukup surat keterangan yang menyatakan Confirmation Letter itu akan digunakan sebagai invoice. Eh, malah dia sewot! Lah, kalo menerbitkan invoice saja tidak pernah, perusahaan apaan tu namanya. Orang kaya gini menyebutkan AIG perusahaan kacangan??? Ngaca dulu dong...
Baru sekali ini aku rasanya pengen jadi 'hero'-nya AIG. Aku ga terima perusahaanku ini dibilang kacangan, karena sistem compliance di perusahaan ini dibuat sedemikian ketat supaya kita bisa make sure bahwa kita memberikan yang terbaik untuk karyawan dan untuk customer kita. Bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan dan untuk menjaga kepercayaan kita tidak bisa main-main dalam setiap proses bisnis yang kita jalankan. I definitely agree dalam hal ini.
Saat aku ceritakan ini pada bosku, kita langsung bertolak ke kantor pusat untuk menemui bosnya bosku 'si Indiahe'.. Dia bilang, dengan membatalkan hal ini FX Hadi menyatakan bahwa memang dia tidak siap menjadi pembicara di sini, karena dia tidak memiliki kompetensi yang kita butuhkan. Selain itu beruntunglah kita karena tidak jadi berhubungan dengan seseorang yang mentalnya kekanak-kanakan. Kalau dia mengatakan kita adalah kacangan, dia sendiri tidak lebih dari kulit kacangnya! Hehehe... I always love it when my Indian boss menyatakan suatu analogi. Dia paling jago bikin analogi-analogi seperti itu.
Akhir dari proses ini aku rasakan sebagai lose-lose solution, karena dia pasti punya bad experience dengan perusahaanku dan pasti akan menceritakan tentang keburukan perusahaanku kepada orang-orang yang dia temui. Dari sisiku pun demikian, karena aku akan dengan sukarela mengabarkan pada dunia not to use this trainer. Aku tadinya ingin mengklarifikasi lagi supaya image AIG kacangan di benak dia itu bisa hilang, dan aku tidak bertanggung jawab menjadi pencemar nama perusahaanku. Tapi atasanku bilang malamnya dia akan contact FX Hadi. Aku berharap pada pembicaraan malam itu dia bisa membersihkan nama AIG dari segala image buruk yang ada di kepala orang ini.
Nah, proses si FX Hadi untuk bisa "diterima" menjadi pembicara di Annual Seminar di kantorku memang proses yang amat sangat panjang dan melelahkan untukku dan terutama untuknya.
Pertama, di sela-sela kesibukannya itu kita meminta waktunya untuk bisa kita jelaskan mengenai industri bancassurance dan kebutuhan training yang diperlukan oleh para top performer bancassurance. Hal itu menurutku sesuatu yang sangat biasa dilakukan oleh semua perusahaan yang ingin mengundang seorang consultant atau trainer dari luar. Apalagi perusahaanku adalah perusahaan yang sangat menjunjung tinggi pentingnya 'Compliance' di setiap proses bisnisnya, ya tentunya kita perlu melakukan assessment untuk memastikan bahwa consultant atau trainer yang kita gunakan ini memang layak untuk kita pakai. Tapi di mata FX Hadi, proses ini adalah proses yang tidak biasa dia lalui, biasanya saat sebuah perusahaan mengundang dia sebagai pembicara, ya terserah dia mau ngomong apaan sesuai dengan materi yang dia punya dan pengalaman yang pernah dia lalui. Nah, kasusnya sekarang, sudah dia susah-susah meluangkan waktu untuk diskusi, setelah itu dia mencoba membuatkan outline yang 'menurut dia' sudah sangat sesuai dengan hasil diskusi kami dan sudah paling the best dari dia, menurut kami outline yang dia buat itu masih sangat general, tidak sistematis, dan topiknya pun sangat beragam, tidak fokus, dan tidak jelas objectivenya. Kami berusaha memberikan feedback ke dia, tapi baru 1 kalimat kulontarkan: "Pak, kami merasa outline Bapak masih terlalu generic", eh dia langsung defense dengan nada suara yang sangat tidak enak. Dia bilang itu sudah yang paling the best dari dia, kalau disuruh memperbaiki lagi dia sudah tidak bisa, dan jangan mengharapkan sesuatu yang spesifik dengan industri anda kalau anda mengundang pembicara dari luar.
Aku sudah mulai tidak respect dengan dia, tapi karena aku tidak bisa menemukan pembicara lain yang memiliki kompetensi sales dan marketing yang kita butuhkan, dan juga bisa mengkomunikasikan ide-idenya dengan menarik, aku terpaksa meneruskan dengan orang bebal ini. Hanya saja pendapatku tentang FX Hadi sudah sangat berubah, memang dia punya bakat untuk jadi sales trainer, tapi dia tidak punya bakat untuk jadi consultant karena dia hanya mau menggunakan apa yang sudah dia miliki, tidak mau dikustomisasi sesuai perusahaan yang dia layani. Dan lagi, meskipun dia punya skill, knowledge, dan experience yang cukup tinggi - kalo istilahnya Tukul: 'flying watch'-nya sudah tinggi. Tapi kalau tidak disertai dengan attitude yang memadai, semuanya menjadi nol besar.
Proses kedua yang harus dia lalui yaitu mengenai Administrasi. Dalam hal administrasi ini FX Hadi juga terlibat, karena ternyata yang namanya FX Training itu bukan suatu lembaga, tapi jasa perorangan doang. Jadi di sana rasanya yang terlibat hanya FX Hadi, seorang tenaga marketing, dan seorang tenaga admin. Puluhan kali aku contact dengan orang marketingnya yang namanya Sandra Tamara (keren ya, namanya... - tapi sayang karakternya sudah terkontaminasi oleh karakter bosnya). Aku berhubungan dengan Sandra untuk arrange waktu ketemuan antara FX Hadi dengan bosku, untuk minta outline dari FX Hadi, untuk memberi masukan topik yang kita inginkan, dan terutama masalah administrasi. Setelah aku berjuang keras meyakinkan atasanku bahwa FX Hadi memiliki kompetensi yang kita perlukan, maka dia memutuskan "Ok, proceed with Hadi". Jadi kita mulai proses administrasinya.
- Dimulai dari dia memberikan pada kita "Confirmation Letter", lalu dia mulai mengejar-ngejar kita untuk menandatangani dan mengembalikan confirmation letter itu atau proses ini akan dibatalkan.
- Lalu setelah confirmation letter selesai, aku meminta dia untuk memberikan invoice sebagai bukti tagihan kepada kita. Ternyata dia tidak biasa menerbitkan invoice, jadi dia mengirimkan padaku kuitansi atau tanda terima pembayaran.
Pada due date pembayaran DP, ternyata orang Tax di perusahaanku tidak mau menerima Confirmation Letter atau kuitansi digunakan sebagai invoice. Jadi aku negosiasi sama orang tax bagaimana cara termudah untuk menyelesaikan permasalahan ini karena memang si FX Training itu tidak pernah menerbitkan invoice. Akhirnya setelah negosiasi sekian lama dia bilang "Bikin saja surat yang menyatakan bahwa Confirmation Letter itu akan digunakan sebagai invoice". Ok, deal dengan usulan itu aku sampaikan pada Sandra Tamara. Eh, ternyata 'like father like daughter' dia langsung offense dengan usulan itu as if she's already overwhelmed dengan segala proses yang dilalui di perusahaanku. Setelah complain dengan semua proses yang sudah dilalui, dia lalu bilang: "Kalau begini caranya biar saya tanyakan dulu ke Pak Hadi, rasanya beliau belum tentu mau melanjutkan lagi proses ini".
Thanks to my boss yang saat itu ber-empati padaku. Dia denger semua proses negosiasiku dengan orang Tax yang dilanjutkan perdebatanku dengan Sandra Tamara. Dia memberiku password teleponnya dan berkata padaku: "Kalau memang dia mau batalkan ya batalkan saja, kita pake Anowar saja" (alternatif pembicara ke-2). Omg, rasanya dia seperti mendukungku dan mengakui bahwa orang seperti FX Hadi ini tidak pantas untuk diperjuangkan, dan sangat tidak worth it untuk engage perusahaan kita ini dengan orang serperti FX Hadi.
Sesaat kemudian FX Hadi menelponku. Dia bilang: "Mbak Herlina, saya berterima kasih untuk kesempatan yang diberikan pada saya untuk menjadi pembicara di perusahaan Anda. Tapi setelah proses ini, saya merasa tidak cocok dan sebaiknya proses ini dibatalkan saja. Saya tidak menyalahkan Anda karena Anda sudah berusaha untuk menjadi moderator dan organizer yang baik. Tadinya saya pikir AIG adalah perusahaan besar, tapi ternyata perusahaan Anda adalah perusahaan KACANGAN." Duaarrr... duerrr... duoorrrrr..... gubrrraakkkkk!!! Bagai tersambar petir di siang bolong aku mendengar kalimat itu. Dia yang selalu bilang "Salam peduli pelanggan!", sekarang malah menyebutkan calon pelanggannya adalah perusahaan kacangan! Dia melanjutkan lagi, "Masa confirmation letter suru dijadikan invoice? Mana ada invoice yang ditandatangani kedua belah pihak?" Ya semua orang tau hal itu, dodoll! Aku cuma berusaha mempermudah, jadi dia tidak perlu menerbitkan invoice, cukup surat keterangan yang menyatakan Confirmation Letter itu akan digunakan sebagai invoice. Eh, malah dia sewot! Lah, kalo menerbitkan invoice saja tidak pernah, perusahaan apaan tu namanya. Orang kaya gini menyebutkan AIG perusahaan kacangan??? Ngaca dulu dong...
Baru sekali ini aku rasanya pengen jadi 'hero'-nya AIG. Aku ga terima perusahaanku ini dibilang kacangan, karena sistem compliance di perusahaan ini dibuat sedemikian ketat supaya kita bisa make sure bahwa kita memberikan yang terbaik untuk karyawan dan untuk customer kita. Bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan dan untuk menjaga kepercayaan kita tidak bisa main-main dalam setiap proses bisnis yang kita jalankan. I definitely agree dalam hal ini.
Saat aku ceritakan ini pada bosku, kita langsung bertolak ke kantor pusat untuk menemui bosnya bosku 'si Indiahe'.. Dia bilang, dengan membatalkan hal ini FX Hadi menyatakan bahwa memang dia tidak siap menjadi pembicara di sini, karena dia tidak memiliki kompetensi yang kita butuhkan. Selain itu beruntunglah kita karena tidak jadi berhubungan dengan seseorang yang mentalnya kekanak-kanakan. Kalau dia mengatakan kita adalah kacangan, dia sendiri tidak lebih dari kulit kacangnya! Hehehe... I always love it when my Indian boss menyatakan suatu analogi. Dia paling jago bikin analogi-analogi seperti itu.
Akhir dari proses ini aku rasakan sebagai lose-lose solution, karena dia pasti punya bad experience dengan perusahaanku dan pasti akan menceritakan tentang keburukan perusahaanku kepada orang-orang yang dia temui. Dari sisiku pun demikian, karena aku akan dengan sukarela mengabarkan pada dunia not to use this trainer. Aku tadinya ingin mengklarifikasi lagi supaya image AIG kacangan di benak dia itu bisa hilang, dan aku tidak bertanggung jawab menjadi pencemar nama perusahaanku. Tapi atasanku bilang malamnya dia akan contact FX Hadi. Aku berharap pada pembicaraan malam itu dia bisa membersihkan nama AIG dari segala image buruk yang ada di kepala orang ini.
5 comments:
Wah, seru yah...!
Bravo Herlin! Walaupun gw ga cinta sama perusahaan tempat gw bekerja ini, tapi gw juga ga bakal rela ada yang menginjak-menginjak nama perusahaan kita.
Apa udh ada kelanjutan ceritanya? setelah si bos nelpon si Hadi? Kalo udah tulis yah!
Thank you my bancassurance Trainer.
Pretty and smart.
GBU
samuel
hebat...salam kenal ya ..mbak...
"Seremnya Guruku" hiks
Melelahkan juga mendengarnya mbak. Sayang sekali ya atas peristiwa ini.
Tapi saya dukung tindakannya mbak...
Salam kenal,
Jusak
Http://betterteam.wordpress.com
Post a Comment