Thursday, June 12, 2008

Underestimate and Overestimate

Don't judge the book by it's cover (jangan menghukum buku dengan koper, hihi...). Kita pasti sering mendengar istilah ini kan? Maksutnya jangan menilai seseorang hanya dari penampakan luarnya saja.


Tapi kenyataan yang sering terjadi apa? Manusia mempunyai kecenderungan untuk menilai orang lain, dan penilaian yang akan digunakan pasti berdasarkan penampakan luar dan perbuatan yang tampak di depan mata kita. Ya iya lah, emangnya kita paranormal... Tapi sejalan dengan pengenalan kita akan seseorang, dimana kita mulai bisa mengenal sifat aslinya, biasanya penilaian kita akan seseorang akan berubah. Entah itu berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk.


Ada beberapa hal yang bisa membuat kita sangat menyukai seseorang, dan hal ini berbeda-beda untuk setiap orang. Kalau kita bicara tentang cewe ni, ada cewe yang suka banget liat cowo ganteng. Ya, sebagai cewe normal aku juga suka liat cowo ganteng. Apalagi menurutku cowo ganteng adalah salah satu satwa eh makhluk langka di dunia ini. Tapi ada cewe yang suka banget sama cowo ganteng ga peduli cowo itu IQ-nya jongkok, kelakuannya amburadul, de el el. Yang penting ganteng titik. Selain itu ada juga cewe yang suka sama cowo yang cerdas. Biasanya keliatan dari saat dia berbicara, seberapa luas wawasan yang dimiliki dan bagaimana cara dia mengkomunikasikan ide-idenya. Hal ini juga bisa bikin cewe terkagum-kagum dan langsung menambahkan sederet nilai plus untuk orang tersebut. Ada juga cowo tipe penakluk wanita. Tipe cowo seperti ini adalah orang yang sadar bahwa makhluk yang namanya wanita itu sangat suka dipuji dan diperhatikan. Dan selain menyadari hal itu, dia menyesuaikan tindakan dan ucapannya untuk mengambil hati para wanita. Dalam hidupku setidaknya ada 3 cowo yang cara bicara dan tindakannya bener-bener bisa bikin cewe klepek-klepek. Jadi, biarpun dia tidak terlalu kenal dekat dengan aku, dan meskipun dia tau aku sudah bersuami, tetap saja cara bicara dan kelakuannya membuatku merasa tersanjung dan melayang-layang ke langit ke-7, dan berharap dalam hati ("I wish my husband was as romantic as him"). Tipe cowo seperti ini juga sangat mempengaruhi penilaian kita terhadap seorang pria.


Di sisi lain, ada hal yang bisa membuat seseorang nilainya langsung merosot di mata kita. Ada orang yang sangat menjunjung tinggi penampilan. Penampilan dalam hal ini ada yang hanya menuntut supaya seseorang rapi, ada juga yang menuntut seseorang supaya modis. Orang-orang ini kalau ketemu dengan orang yang tidak rapi, atau tidak modis, nilainya akan jatuh drastis dalam pikirannya. Buatku malah sebaliknya, kalau aku melihat orang, terutama cowo yang terlalu rapi dan terlalu memikirkan penampilan, malah membuatku jadi ilfeel terhadap dia. Ada orang yang tidak suka dengan cowo atau cewe yang merokok. Rasanya tipe ini banyak deh, tadinya kita kagum dengan seseorang, tapi begitu tau dia ternyata merokok, maka penilaian kita langsung berubah terhadap orang itu. Ada juga orang yang tidak suka dengan cewe yang terlalu "vulgar" dan terlalu "berani". Aku beri tanda kutip karena definisi vulgar dan berani akan berbeda-beda untuk setiap orang. Ada juga orang yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan akan sangat sebel ngeliat orang yang tidak disiplin. Selain itu aku juga baru menemukan bahwa seseorang akan langsung jatuh nilainya di mataku kalau dia terlihat "ga niat" atau tidak serius dalam melakukan sesuatu. Ternyata hal itu sangat mempengaruhi penilaianku.


Dalam hidupku aku sering mengalami di-underestimate atau di-overestimate oleh orang lain. Seperti ceritaku sebelumnya, aku sering di-underestimate karena mukaku dan cara bicaraku terlihat seperti anak-anak. Tapi aku juga sering di-overestimate, misalnya dulu saat aku kuliah aku sering dianggap sebagai orang paling pintar di kelas karena di beberapa pelajaran nilai-nilaiku terlihat sangat menonjol dibanding orang lain. Baru pas acara wisuda mereka kaget karena IP-ku tidak se'sophisticated' yang mereka kira. Aku juga sering di-overestimate di kantor, misalnya oleh bosku yang native speaker bahasa inggris. Karena lidahku mudah menyesuaikan dengan logat-logat bahasa asing, saat interview aku memberikan kesan bahwa bahasa inggrisku jago, jadi sampai saat ini aku sudah beberapa kali diminta untuk menjadi translator di event-event di kantorku. Atau saat bosku berbicara di muka umum dan dia bingung mengatakan sesuatu dalam bahasa Indonesia, dia akan menanyakan padaku, misalnya di tengah speech-nya dia tiba-tiba bertanya: "Herlina, how to say 'take it for granted' in Indonesian?". Meskipun aku beberapa kali gelagapan menjawab pertanyaannya, tapi sampai sekarang dia belum kapok juga memintaku mentranslatekan bahasa Inggrisnya.

Di-underestimate itu memang tidak enak. Tapi saat kita bisa membuktikan bahwa kita lebih dari yang mereka pikirkan, hal tersebut bikin kita jadi bangga. Sebaliknya, di-overestimate itu awalnya terasa menyenangkan, tapi setelah itu, saat ternyata kinerja atau perilaku kita tidak sehebat yang dinilai sebelumnya, mereka jadi kecewa dan kita juga rasanya jadi malu sendiri...

Intinya sih, jangan kita terlalu mudah terpengaruh terhadap under-estimate maupun over-estimate orang lain, kecuali hal itu bisa memacu kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Di sisi lain dalam posisi kita menilai orang lain, jangan kita terlalu mudah men-judge orang lain hanya dari penampakan luarnya, karena seringkali penampilan luar itu menipu.

No comments: