Thursday, July 5, 2012

Overflow


Hidup kita dapat dimetaforkan sebagai sebuah gelas. Pada saat kejadian yang baik menimpa kita, maka gelas itu akan terisi, sedangkan kalau kejadian buruk yang terjadi maka hal tersebut akan mengeringkan / drain gelas kita. Pada saat gelas kita penuh atau bahkan berlimpah, sangat mudah bagi kita untuk berbagi pada orang lain, sangat mudah untuk tersenyum, bekerja dengan semangat, dan melakukan segala hal. Namun pada saat gelas kita hanya sedikit isinya atau bahkan kosong, kita cenderung untuk minta “DI-“ oleh orang lain: diperhatikan, diberi, dikasihani, dibantu, dkk.

Alkitab dalam Yoh 4:14 mengatakan “tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus l  untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air m  di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal”. Dari ayat ini dapat dikatakan bahwa pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus, makan dalam hati kita akan terus memancar mata air yang tidak pernah kering. Sadarkah kita akan hal ini? Seringkali hidup kita masih sering dipengaruhi oleh keadaan di sekitar kita. Kita bukan menjadi pengaruh, tapi malah menjadi korban dari lingkungan. Jadi saat keadaan menjadi buruk, kita juga berubah menjadi buruk, mengasihani diri sendiri, minta dikasihani orang lain, jadi tidak semangat melakukan pekerjaan kita dll. Padahal di dalam hati kita ada sumber mata air. Kita tidak perlu minta dikasihani orang lain, justru seharusnya kelimpahan kita memberi kasih kepada orang lain.

Sebetulnya hal ini sangat terkait dengan mentalitas kita atau cara berpikir kita. Apakah kita memiliki mentalitas Anak Raja yaitu abundance mentality, sehingga kita tidak pernah merasa kering dan minta dikasihani? Atau kita memiliki mental selalu berkekurangan atau scarcity mentality yang menyebabkan kita boro-boro memberi pada orang lain, kita sendiri merasa kekurangan dan ingin selalu dibantu dan dikasihani.
 
Let’s become a proactive people yang menjadi pengaruh bagi lingkungan kita dan bukan menjadi korban/objek dari kondisi lingkungan di sekitar kita.

No comments: