Wednesday, April 2, 2008

Post Power & New Power Syndrome

Aku pernah mengenal seseorang yang mengalami New Power Syndrome. Orang ini cenderung hobi marah-marah dan kalau dia berhasil marah rasanya puas banget dan merasa naik pamor. Dulu aku punya seorang leader yang tidak mempraktekkan apa yang dia ajarkan berpuluh-puluh kali, terutama tentang leadership. Nah, kali ini tidak sebegitu parah, orang ini hanya tidak mempraktekkan apa yang dia sudah pelajari tentang situational leadership. Kalau dibilang gaya kepemimpinan dia adalah tipe dictator atau directive rasanya kurang tepat juga. Paling tepat aku lukiskan cara dia berkomunikasi dengan anak-anak buahnya itu adalah seperti Guru BP yang sedang memarahi atau menasihati siswa yang tidak patuh. Bayangkan saja kalau gaya guru BP ini diterapkan ke anak buah yang sudah senior – atau paling tidak merasa senior bekerja di perusahaan tersebut. Yang jelas para anak buah ini pasti akan langsung offense dengan cara itu. Dan, kalau gaya ini terus menerus dijalankan, akibatnya si anak-anak buah ini akan menjadi ignorant saat dia dimarahi oleh “Si Guru BP” ini. Amarah guru BP ini sudah dianggap seperti angin lalu, seperti omongan orang yang hanya berusaha supaya dirinya dihargai sebagai atasan, tapi akhirnya tidak berdampak apapun. Sebetulnya ada banyak hal positive yang aku lihat dari orang ini, tapi sayang sekali dia tidak bisa menyikapi situasi yang dihadapi di tempat kerjanya saat ini dengan cara yang tepat.

Selain New Power Syndrome, ada juga kulihat fenomena Post Power Syndrome. Syndrome ini diderita oleh banyak teman-temanku yang lain yang sudah bangkotan di industri yang sama, yang sudah makan asam garamnya industri ini, yang sudah merasakan pernah punya anak buah, tapi yang sekarang terpaksa harus puas menjadi bawahan dari seorang yang lebih muda dan pengalamannya lebih sebentar di industri ini. Orang-orang ini biasanya cenderung “merendahkan” atasannya, sering menjelek-jelekkan atasannya, bertindak semaunya, tidak mau diatur, dan seperti yang aku tuliskan di atas, mereka lama-lama lelah untuk meng-offense atasannya dan sekarang menjadi orang-orang yang ignorant.

Setiap divisi di suatu perusahaan pasti punya karakteristik yang berbeda-beda. Seperti saat ini divisiku dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang sales. Aku satu-satunya orang yang belum pernah terjun langsung ke dunia sales. Dan memang menurutku dunia sales itu "nggak gue banget", karena dibutuhkan mental berani ditolak, pantang menyerah, dan harus sanggup siang malam dikejar target. Tapi orang-orang sales ini kalau dikumpulkan dalam satu divisi training memang jadinya bisa runyam. Karena walaupun training itu harus mencerminkan kondisi di lapangan, tapi sisi akademis dari training itu mau tidak mau harus dimiliki juga oleh seorang trainer. Kondisi ini berbeda sekali dengan kondisi yang aku alami di perusahaan sebelumnya dimana orang-orangnya semua adalah orang akademis, para kutu buku yang sangat memuja ilmu pengetahuan. Disana problemnya malah bagaimana supaya sisi akademis ini bisa menjadi practical, bagaimana supaya bisa dipindahkan dari head ke hand. Cara meetingnya pun berbeda, kalau di perusahaan saat ini yang dipenuhi orang-orang sales, mereka kebanyakan tidak mau dipusingkan dengan diskusi, brainstorming, dkk, tapi di perusahaanku dulu meeting kita seringkali menjadi sessi mind gym yang berkepanjangan dan bikin telinga "eneg". Bukan apa-apa, kadanga mereka cuma gede omong tapi executionnya kurang banget... Ya memang masing-masing perusahaan punya karakternya sendiri-sendiri, dan bahkan di satu perusahaan pun masing-masing divisi punya karakter yang berbeda-beda. Kepemimpinan yang situational dan kemampuan untuk beradaptasi menjadi hal yang penting. Ada satu hal yang menarik yang ingin aku bahas di next blog yaitu tentang "Tempered Radical", seseorang yang bisa menempatkan diri dengan apik di lingkungan kerjanya, tapi dengan halus bisa mempengaruhi lingkungan kerjanya dengan value-value positif yang dia miliki. What an amazing person...

1 comment:

Upi... said...

Haha...i know the two u're talking about...

BenerBenerBener banget tuh...new power & post power syndrome. Kita dapet contoh riil yang cukup bagus ya...?

Btw, katanya herlin nggak bisa "jujur" di blog? Kuatir menyinggung pihak2 yg membaca. Lha ini piye? Hehe...good start!