Purpose is not a THING or an EVENT. Because if it is an
event, when it is achieved, we will no longer have purpose.
When we use our talent, ability, health, wealth,
opportunity, etc to MEET A NEED itu artinya menghidupi purpose kita.
(Quotes from Dr AR Bernard)
Jadi kuncinya untuk Live a Purposeful Life ada 2:
- 1. Menemukan Talenta (know yourself) dan
mengembangkannya
Setiap kita masing2
didesain / di wired secara unik untuk suatu TUJUAN khusus / tujuan pribadi.
Yang paling tau hidup kita adalah pencipta kita, jadi kita perlu hidup dekat dengan pencipta kita untuk mengetahui lebih dalam tentang tujuan hidup kita.
Untuk memenuhi tujuan kita diciptakan, Tuhan sudah meng-equip kita masing2 dengan seluruh perlengkapan: talent & feature2 yang dibutuhkan. Jadi kita harus identifikasi dulu apa yang menjadi personality kita, strength kita, talent kita, opportunity yang ada dalam hidup kita. Kalau kita sendiri tidak tau feature2 dan
keistimewaan apa yang kita miliki, kita tidak akan live to the max. Misalnya HP / BB baru bisa maksimal digunakan saat orang
tau segala feature2nya, dan bisa menggunakan feature tersebut. Kalau kita mengerjakan
sesuatu yang bukan di area strength kita, tidak akan enjoy dan akibatnya tidak bisa optimal.
-
2. Menggunakannya untuk MEET A NEED
HP meskipun banyak kelebihan tapi kalo tidak
digunakan untuk meet a need tidak akan ada gunanya, misalnya dulu Nokia Communicator
yang harusnya disegmenkan buat business people tapi di indo banyak dipake untuk
anak2 smp, atau ibu2 rumah tangga buat gaya2an aja. Bisa dibilang bahwa HP tersebut "tidak menemukan tujuan hidupnya" sesuai yang sudah didesign oleh penciptanya.
Misal Tuhan kasi talenta untuk main musik,
kalau cuma dipakai untuk dengerin sendiri tidak banyak manfaatnya. Tuhan menciptakan
manusia masing2 punya talenta sendiri2 supaya saling interdependent.
Pohon diciptakan untuk menghasilkan buah, dan buah itu untuk dinikmati orang lain,
dan Tuhan sudah equip itu pohon dengan segala karakteristik untuk dia bisa
menghasilkan buah.
Jadi, setelah mengidentifikasi talenta2 kita,
harus digunakan untuk meet a need.
GENERAL VALUES yang perlu untuk dimiliki untuk menghidupi
our purpose
1.
Mengandalkan Tuhan: akuilah Dia dalam segala
lakumu
Amsal 3:5,6 KJV 6In all thy ways
acknowledge him, and he shall direct thy paths
The Message: Trust God from the bottom of
your heart;
don't try to figure out everything on your own. Listen for God's voice in everything you do, everywhere you go; he's the one who will keep you on track
don't try to figure out everything on your own. Listen for God's voice in everything you do, everywhere you go; he's the one who will keep you on track
NIV:
Seek his will in all you do, and he will show you which path to take.
Kalo kamu pengen terus on track, ada di
jalur yang menuju purpose, gak kaya orang Israel yang harus muter2 40 tahun
untuk menuju the promise land, you have to acknowledge Him in all your ways.
Lagu yang saya nyanyikan setiap pagi: Kunyatakan Engkau Tuhan di hidupku, Tuhan
di setiap ucapan dan perbuatanku. Lagu ini sebagai declaration bahwa saya mengakui Dia adalah Tuhan atas hidupku, atas keluargaku, dan atas pekerjaanku. Saat kita menyatakan demikian, Tuhan akan menuntun / direct kita supaya kita tetap on track pada purpose yang memang sudah ditetapkan untuk kita.
Seperti kata Alkitab: Kalau kita minta roti tidak akan dikasi Batu,
kalau kita minta Dia tunjukin jalan yang tepat, Dia tidak akan nyasarin kita ke
tempat yang tidak seharusnya. Meskipun kita "berasa" nyasar, kita tetap bisa yakin
bahwa kita on track.
Dalam kehidupan saya, saya merasa pendidikan saya di S1, S2, pekerjaan pertama, pekerjaan kedua sama sekali tidak ada kaitannya (dan saya yakin banyak sekali orang yang mengalami hal ini). Tetapi, 2 tahun lalu saat Tuhan mengaruniakan kami sebuah pabrik, saya baru tau kalau semua pendidikan dan pekerjaan yang saya jalani, semuanya bermanfaat untuk saya mengelola sebuah perusahaan. Dulu saya merasa tersesat, tapi saat itu saya tetap minta bimbingan Tuhan dan tetap melakukan yang excellent. Akhirnya Tuhan tunjukkan bahwa semua itu dirancangkan untuk kebaikan saya.
2. Kaizen: Continuous Improvement yang dicapai dengan
continuous learning.
Belajar adalah proses seumur hidup. Kita
dilahirkan goblok, kita semasa kecil dan semasa muda pasti banyak melakukan
kesalahan, tapi asalkan kita punya kemauan dan kebesaran hati untuk terus
belajar dan memperbaiki diri, bahkan addicited to learning, hidup kita akan terus getting better and better.
Di era informasi ini ada
pengetahuan dimana-mana, sangat mudah didapat, kalo kita msh jadi orang yang
berwawasan sempit sangatlah keterlaluan.
Jadilah orang yang selalu mau belajar dan memperbaiki diri. Kita bisa belajar dari orang lain, bisa belajar dari organisasi yang kita ikuti, belajar dari buku, dari internet, dari benda-benda di sekitar kita. Hikmat berseru-seru dimana-mana, siapa yang haus untuk belajar pasti akan menemukan hikmat itu. Dengan terus menerus belajar kita bisa mengembangkan diri terutama kita perlu fokus belajar di area strength / talent kita.
3. Networking: building the right relationship with
the right people
Tell me your friend and I will tell you your future
Your biggest asset is your relationship.
Jika kita dikelilingin orang yang tepat:
mrk akan bantu kita untuk identify ourself, karena dengan melihat orang lain, kita bisa ngaca untuk melihat diri kita sendiri. Selain itu mereka bisa jadi sumber inspirasi,
sumber knowledge, mempengaruhi lifestyle dan kebiasaan kita.
Contoh: kita hidup bareng dengan orang yang
suka belajar akan jadi suka belajar, hidup bareng orang males jadi males.
Jangan sesat, pergaulan buruk merusak kebiasaan baik.
Tidak ada orang yang bisa tumbuh dengan menyendiri.
Kalo kita di industry otomotif gaullah
dengan orang yang ngerti otomotif. Kalo kita punya visi pengen punya usaha
furniture, gaul sm org yg ngerti furniture.
Dampak dari relationship:
-
* Membantu kita mengenali potensi diri sendiri
* Mempengaruhi kebiasaan – dimana kebiasaan akan mempengaruhi karakter - dan karakter akan mempengaruhi nasib kita
-
* Memperkaya wawasan dan knowledge kita, tau key
success factor dan key failure factor orang lain
-
*Sinergi, kalau kita ketemu dengan orang yang punya strength
yang berbeda: dengan sinergi dapat mencapai tujuan yang lebih besar, karena kita semua
didesain untuk INTERDEPENDENSI.
Dalam membangun relationship jangan focusing on Competition tapi
Cooperation
Contoh: compete = banting2an harga, cooperate: menetapkan harga seragam sehingga bisa menguntungkan bersama. Di Jepang terdapat
budaya "treat customers and suppliers as our partner", bagaimana supaya customer kita
sukses sehingga beli terus sama kita, bagaimana supaya supplier kita sukses sehingga
kt selalu dapet barang2 berkualitas dari dia.
Jadi, membangun the right relationship sangat membantu kita untuk live purposefully.
4.
Focus & consistency
FOKUS: Kita tidak bisa menjadi segalanya buat semua
orang, jadilah ‘sesuatu’ untuk some people. Tapi jadilah yang terbaik. Gak semua yang bisa kita lakukan
harus kita lakukan. Fokus pada apa yang menjadi
talent kita. Jangan semua2 mau dikembangkan.
Salah satu kelemahan pendidikan kita karena
terlalu banyak mata pelajaran akhirnya ga ada yang mendalam.
CONSISTENCY: Segala sesuatu baru berdampak saat
dikerjakan secara konsisten. Exercise 10000 jam secara rutin, baru bisa jadi
jago di bidang itu.
Contoh : Paul Potts dari Britain’s got talent yang meskipun bekerja di bidang telepon selular tapi karena tau bahwa passion dan talent dia di menyanyi maka dia rutin terus berlatih setiap hari sampai akhirnya menang Britain's got talent dan jadi terkenal. Hee
ah lee pianis 4 jari dari Korea latihan intensif piano 10 jam sehari, awalnya untuk menguasai 1 lagu
butuh 1 tahun karena hanya 4 jari + keterbelakangan mental, tapi karena ketekunan dan kesungguhan hati maka mampu menjadi master di bidangnya.
5.
Excellence: Giving our best
Tetap do the best meskipun saat ini berasa
lost / tidak on track
Kita tidak selalu tahu apakah yang kita
lakukan sekarang sudah sesuai purpose kita. Tapi saat kita mengandalkan Tuhan,
kita tau kita sedang merajut puzzle yang Dia tanggungjawabkan pada kita, jadi just
do our excellence. Jangan sampai pieces dari puzzle kita dikerjakan hanya alakadarnya, sehingga dihasilkan gambaran akhir yang alakadarnya pula. Setia dalam perkara kecil maka kita akan diberi kepercayaan untuk mengelola perkara yang besar. Pada saat kita jadi karyawan, apakah kita setia terhadap "barang orang lain"? Kalau kita setia, maka kita akan diberi kepercayaan untuk mengelola "barang kita sendiri".
Contoh: Sidney Mohede yang dulu tanggung jawabnya cuma
menggulung kabel tapi dia tidak pernah telat, selalu bertanggung jawab, semangat dan do the best,
makanya saat ini dia dipercayakan bigger thing.
1.
Identify values, habit dan background keluarga
Masa kecil kita sebagian besar dihabiskan bersama keluarga kita. Umur 0-3 tahun adalah dimana kita menyerap banyak sekali values dari keluarga. Jadi pasti banyak values dari keluarga yang sangat mempengaruhi kita. A values is a belief, a mission, or a philosophy that is meaningful for us.
Contoh:
-
values generosity: ada orang tua yang fokusnya
selalu memberi dan memperhatikan orang lain, sehingga nempel dan menular ke
anaknya
- values tolerant: selalu mengutamakan perdamaian
dan toleransi. Selalu melihat sisi positif, gpp kemalingan, untungnya orangnya
ga diapa2in
- background: dominant mother, selalu diurusin,
selalu mandiri, kekerasan, kurang dihargai (cici lebih cantik dan popular, koko
lebih pinter, sehingga merasa tidak pernah dihargai)
- habit: suka dirumah / suka keluar, high
tone / low tone
2.
Identify Values yang didapat dari lingkungan, organisasi, dan orang2 yang dikagumi
Sometimes we become a product of
Circumstances and Opportunity, misalnya: kenapa kt jadi manager di Citibank? Karena dapetnya
kerjaan disitu. Kenapa jadi pemalu? Karena dikelilingin orang2 kepo, dsb. Kita perlu mengkaji: What life chooses for you and what u choose
for your self, apakah sudah sama atau berbeda jauh? Jangan sampai hidup kita "dipilihkan" oleh keadaan dan bukan dikendalikan oleh kita sendiri. Karena dampaknya kemungkinan besar kita tidak berjalan sesuai passion dan talent yang sudah ditempatkan dalam diri kita.
Contoh pengaruh lingkungan: Saya hidup di kota kecil yang semua2 dijadikan bahan
gossip, makanya saya tumbuh jadi orang pemalu karena terlalu peduli terhadap pendapat orang lain.
Contoh pengaruh organisasi: Saya pernah bekerja di training center Astra yang sangat mempengaruhi saya menjadi orang yang suka belajar. Ada teman saya yang di gerejanya dulu punya sebuah entrepreneurship center sehingga dia terinspirasi untuk membuatnya.
Contoh pengaruh orang yang dikagumi: kekaguman dengan bunda Theresa bisa menginspirasi orang untuk menjadi generos.
3.
Identify our own values, personality, strength,
talent/gift
- PERSONALITY
Setiap orang memiliki personality masing-masing, bisa diidentifikasi dengan test DISC, atau Sanguin, Plegmatis, Choleric, Melankolic, dsb. Setiap personality tidak ada yang buruk, misalnya: Mobil besar yang didesign untuk offroad vs. City car yang kecil dan ramping. Kita tidak bisa bilang bahwa mobil besar itu kelemahannya adalah bahwa dia tidak bisa masuk ke jalan-jalan kecil di Jakarta. Itu bukan kelemahan dia, karena memang dia tidak didesain untuk nyempil-nyempil di jalan kecil. Jadi kita tidak memiliki kelemahan, kelemahan hanya ada jika kita misused. Personality seseorang tidak ada yang buruk, yang bisa buruk adalah karakter seseorang. Seseorang yang punya personality Dominant, atau Choleric tidak buruk, dia cepat mengambil keputusan. Tapi seorang Dominant bisa memiliki karakter sombong dan diktator, karakter inilah yang harus dikontrol dan diperbaiki.
- STRENGTH: stop too much thingking, start to feel, identifikasi pada saat apa kita merasa senang melakukan sesuatu, kita merasa waktu berlalu begitu cepat, dan bahkan tanpa dibayarpun kita bersedia melakukannya. Itulah area strength kita. Dengan bekerja di area strength kita, kita dapat mencapai hasil yang optimal.
- VALUES: contoh-contoh values: kejujuran, tolerant, humility, respect,
courtesy, hard work, punctuality, concern for others, social justice,
technology must be easy to use
Kita bisa mengetahui values kita dengan
kita memahami values keluarga kita, values orang lain, khususnya orang yang paling dekat dengan kita,
dan orang-orang terkenal.
Values kita bisa terinspirasi oleh orang2
terkenal dan juga kejadian di sekitar kita.
- Jangan lupa relationship: dengan
mengidentifikasi values dan personality orang lain kita bisa memahami values
diri sendiri
4.
Identify how our talents can meet a need
Ingat bahwa tidak ada sesuatu hal pun yang diciptakan hanya untuk kesenangan diri sendiri. Setiap orang diciptakan dengan talent yang berbeda-beda supaya bisa bersinergi dengan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih besar. Jadi start to identify bagaimana talent kita bisa memenuhi kebutuhan orang lain.
No comments:
Post a Comment